Pages

Minggu, 19 Februari 2017

Awal

Kaki berat untuk melangkah pergi meninggalkan kebersamaan, pergi bertemu kembali dengan jarak. Tidak ada kata perpisahan yang manis, hanya mata yang mengeluarkan air yang menggambarkan suasana hati.
“mas pergi dulu yah, udah di panggil suruh masuk pesawat” ujar aku sambil mengusap air mata dia. “jangan nangis lagi yah, jarak ini hanya sementara untuk kita” sambung aku untuk menguatkannya. Dia hanya membalas dengan senyum yang bercampur air yang keluar dari matanya.
Mengingat kembali pada tanggal 1 september 2015, sebelum pertemuan kita pertama kalinya setelah berpisah selama setahun. Ada pertemuan lalu muncul perpisahan, yap, kita berpisah setelah sebulan menjalani aktivitas bersama. Rasa berat untuk berpisah timbul, rasa ingin selalu bersama muncul. Bersama untuk mengenal satu sama lain lebih jauh. Kata rindu akan menjadi teman di hari-hari baru nanti, kata ingin bertemu akan menghiasi ketika berkomunikasi kelak, itu yang selalu ku pikirkan ketika adanya perpisahan.
Akhirnya kita berpisah, mengucapkan kata selamat tinggal, di selimuti rasa haru tak mau berpisah dan ingin bertemu kembali kelak. Rasa berat untuk menginggalakan di selimuti rasa cinta hanya sesaat, mungkin. Kupeluk dia rasa haru datang lalu aku berbisik kepada dia “tunggu aku kembali” yang tersirat “jaga hati mu baik baik”. Ada hati lebih dari sekedar cinta ketika berpisah, ada hati yang ingin tetap bersama namun jarak menjadi penghalang nantinya.
Setelah berpisah, kita selalu berkomunikasi tanpa henti, mungkin karna rasa rindu yang malu untuk di ungkapkan. Cinta bukannya hilang setelah berpisah tetapi menjadi teman rindu dalam menjalani hari baru, yang menurut ku di awal mungkin hanya rasa nyaman yang berupa cinta, tetapi ini lebih dari sekedar itu. Ku beranikan diri mengungkapkannya yang menurut ku itu terlalu cepat untuk mengatakan cinta.
Tepat pada tanggal 9 September 2015 menjadi hari dimana dimulainya hubungan Long Distance Relatonship (LDR) di antara kita berdua, hubungan yang akan sulit untuk di lakukan, hubugan yang terbatas oleh jarak, hubungan yang mengutamakan komunikasi dan saling percaya, hubungan yang tidak mudah untuk di jalani. Intinya bukan untuk selalu saling bertemu dan mempertahankan tetapi bagaimana tetap menjaga hati yang selalu tau siapa pemiliknya, menjaga janji yang sudah di ucapkan di awal yang akan selalu mencintai satu sama lain, dan menjaga komunikasi dan kepercayaan yang menjadi nadi dalam hubungan ini.
Hari demi hari di lalui tanpa adanya saling bertemu hanya bertemu dalam maya dan hanya mendengar suara dari ujung telephon. Selalu berbicara rindu dan ingin bertemu, sesekali menyalahkan adanya jarak di sela-sela hubungan ini dan berkeluh kesah terhadap rindu yang tak kunjung bertemu. Terus menajalani hubungan ini sampai kita nyaman di pelukan jarak.
Tidak terasa waktu terus berlalu, mengikat kita dalam pelukan jarak, satu tahun lebih sudah kita dalam langkah jarak yang selalu membuat kita terbiasa dengan jarak ini. Semenjak pertemuan pertama kali rindu dan cinta semakin kuat diantara kita, seakan jarak bukan lagi menjadi masalah untuk saat ini, menjalani hari demi hari seperti biasa canda tawa serta keberadaan mu hanya ada di batas telfon. Mengisi waktu dengan pesan singkat yang selalu menemani di kala sepi dan aktivitas keseharian, kita sama-sama memahami hubungan ini terasa sulit diawal terasa sulit untuk di jalani. Tetapi kita sudah membuktikan hubungan di antara dua orang yang sedang merasakan jatuh cinta bukan masalah jarak, waktu ataupun bertemu tetapi keyakinan kita untuk mempertahankan suatu hubungan dengan tujuan dan komitmen yang sudah di tetapkan diawal sebelum menjalani suatu hubungan dan itu semua harus di realisaikan bukan hanya ucapan dan janji.
Aku pernah berkata kepada dia di awal dalam menjalani hubungan ini, aku berkata “aku mungkin tidak bisa membuat janji yang dapat membuat mu bahagia, tetapi aku akan selalu berusaha untuk membuat mu bahagia dan selalu tersenyum ketika kamu bersama ku di masa depan”.
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar