Kaki berat untuk melangkah pergi meninggalkan
kebersamaan, pergi bertemu kembali dengan jarak. Tidak ada kata perpisahan yang
manis, hanya mata yang mengeluarkan air yang menggambarkan suasana hati.
“mas pergi dulu yah, udah di panggil suruh masuk
pesawat” ujar aku sambil mengusap air mata dia. “jangan nangis lagi yah, jarak
ini hanya sementara untuk kita” sambung aku untuk menguatkannya. Dia hanya
membalas dengan senyum yang bercampur air yang keluar dari matanya.
Mengingat kembali pada tanggal 1 september 2015, sebelum
pertemuan kita pertama kalinya setelah berpisah selama setahun. Ada pertemuan
lalu muncul perpisahan, yap, kita berpisah setelah sebulan menjalani aktivitas
bersama. Rasa berat untuk berpisah timbul, rasa ingin selalu bersama muncul.
Bersama untuk mengenal satu sama lain lebih jauh. Kata rindu akan menjadi teman
di hari-hari baru nanti, kata ingin bertemu akan menghiasi ketika berkomunikasi
kelak, itu yang selalu ku pikirkan ketika adanya perpisahan.
Akhirnya kita berpisah, mengucapkan kata selamat tinggal,
di selimuti rasa haru tak mau berpisah dan ingin bertemu kembali kelak. Rasa
berat untuk menginggalakan di selimuti rasa cinta hanya sesaat, mungkin.
Kupeluk dia rasa haru datang lalu aku berbisik kepada dia “tunggu aku kembali”
yang tersirat “jaga hati mu baik baik”. Ada hati lebih dari sekedar cinta
ketika berpisah, ada hati yang ingin tetap bersama namun jarak menjadi
penghalang nantinya.
Setelah berpisah, kita selalu berkomunikasi tanpa
henti, mungkin karna rasa rindu yang malu untuk di ungkapkan. Cinta bukannya
hilang setelah berpisah tetapi menjadi teman rindu dalam menjalani hari baru,
yang menurut ku di awal mungkin hanya rasa nyaman yang berupa cinta, tetapi ini
lebih dari sekedar itu. Ku beranikan diri mengungkapkannya yang menurut ku itu
terlalu cepat untuk mengatakan cinta.
Tepat pada tanggal 9 September 2015 menjadi hari
dimana dimulainya hubungan Long Distance
Relatonship (LDR) di antara kita berdua, hubungan yang akan sulit untuk di
lakukan, hubugan yang terbatas oleh jarak, hubungan yang mengutamakan
komunikasi dan saling percaya, hubungan yang tidak mudah untuk di jalani.
Intinya bukan untuk selalu saling bertemu dan mempertahankan tetapi bagaimana
tetap menjaga hati yang selalu tau siapa pemiliknya, menjaga janji yang sudah
di ucapkan di awal yang akan selalu mencintai satu sama lain, dan menjaga
komunikasi dan kepercayaan yang menjadi nadi dalam hubungan ini.
Hari demi hari di lalui tanpa adanya saling bertemu
hanya bertemu dalam maya dan hanya mendengar suara dari ujung telephon. Selalu
berbicara rindu dan ingin bertemu, sesekali menyalahkan adanya jarak di
sela-sela hubungan ini dan berkeluh kesah terhadap rindu yang tak kunjung
bertemu. Terus menajalani hubungan ini sampai kita nyaman di pelukan jarak.
Tidak terasa waktu terus berlalu, mengikat kita dalam
pelukan jarak, satu tahun lebih sudah kita dalam langkah jarak yang selalu
membuat kita terbiasa dengan jarak ini. Semenjak pertemuan pertama kali rindu
dan cinta semakin kuat diantara kita, seakan jarak bukan lagi menjadi masalah
untuk saat ini, menjalani hari demi hari seperti biasa canda tawa serta
keberadaan mu hanya ada di batas telfon. Mengisi waktu dengan pesan singkat
yang selalu menemani di kala sepi dan aktivitas keseharian, kita sama-sama
memahami hubungan ini terasa sulit diawal terasa sulit untuk di jalani. Tetapi kita
sudah membuktikan hubungan di antara dua orang yang sedang merasakan jatuh
cinta bukan masalah jarak, waktu ataupun bertemu tetapi keyakinan kita untuk
mempertahankan suatu hubungan dengan tujuan dan komitmen yang sudah di tetapkan
diawal sebelum menjalani suatu hubungan dan itu semua harus di realisaikan
bukan hanya ucapan dan janji.
Aku pernah berkata kepada dia di awal dalam menjalani
hubungan ini, aku berkata “aku mungkin tidak bisa membuat janji yang dapat
membuat mu bahagia, tetapi aku akan selalu berusaha untuk membuat mu bahagia
dan selalu tersenyum ketika kamu bersama ku di masa depan”.
Bersambung….